I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian
manajemen yang harus dilaksanakan, baik evaluasi proses atau monitoring maupun
evaluasi hasil atau dampak. Suatu kegiatan tanpa evaluasi, tidak akan diketahui
kelemahan maupun kelebihan dalam suatu proses usaha, dengan evaluasi maka semua
tahapan dalam suatu usaha dapat kiranya diketahui tahapan mana yang masih lemah
dan tahapan mana saja yang sudah baik sesuai dengan rencana.
Evaluasi adalah kegiatan yang penting,
karena evaluaasi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian
suatu pekerjaan baik dari sisi teknis, social, ekonomi maupun dari sisi
keuangan dan mentalitas dari pengelola sebuah usaha.
B. Tujuan
Secara keseluruhan evaluasi kegiatan
bertujuan untuk :
1. Menilai
apakah realisasi kegiatan usahatani sesuai dengan rencana kegiatan usahatani.
Dari hasil penilaian ini maka lebih rinci diketahui potensi usaha dan kemajuan
usaha.
2. Berupaya
mencari penyebab dari adanya ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasi
kegiatan usaha.
3. Merumuskan
atau memutuskan tindakan untuk solusi agar realisasi kegiatan sesuai dengan
rencana yang sekaligus sebagai pengembangan kegiatan yang lebih menguntungkan
usaha. Dalam hal ini dapat diputuskan langkah perbaikan dan pengembangan usaha
serta dapat ditetapkan target usaha selanjutnya.
II. EVALUASI KEGIATAN
1. ASPEK TEKNIS
a. Pemilihan Benih
Ø
Benih yang digunakan adalah benih padi ciherang.
Benih tersebut dapat tumbuh optimal di wilayah Balai Penyuluhan Kasarangan
dengan keadaan sebagai berikut : Ketinggian tempat 140 mdpl, curah hujan 273
mm, pH tanah 6 dan jenis tanah podsolik merah kuning.
Ø
Benih padi ciherang merupakan benih unggul
bermutu dan bersertifikat. Dalam satu hektar diperlukan 25 kg benih.
Ø
Untuk mendapatkan benih yang bernas dilakukan
pemilihan benih dengan cara merendam dalam larutan garam 3% dengan perbandingan
30 gram garam dilarutkan dengan 1 liter air. Jumlah benih yang dimasukkan
disesuaikan dengan volume larutan garam. Benih yang mengambang/mengapung
dibuang. Benih yang tenggelam adalah benih yang bernas.
Ø
Penanganan Benih
Benih direndam dalam larutan disinfektan selama 12 jam.
Cuci benih dengan air bersih lalu rendam dengan disinfektan selama 36 jam
dengan mengganti air setiap 4 jam. Tiriskan benih dan peram selama 24 jam dengan
cara benih dimasukkan kedalam ¼ karung goni lalu diletakkan mendatar dan
dibalik setiap 4 jam. Benih siap disemai bila panjang kecambah mencapai 1-2 mm.
b.
Pemilihan/Pengolahan Lahan
Ø
Pengolahan tanah dilakukan 3 kali.
Ø
Pengolahan pertama, tanah dibajak dalam keadaan
macak-macak. Pengolahan kedua, tanah dirotary dan pengolahan tanah ketiga,
tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
c.
Cara Persemaian
Ø
Lahan diolah dalam keadaan macak-macak, kemudian
dibuat bedengan setinggi 20 cm.
Ø
Untuk setiap 25 kg benih dibutuhkan lahan persemaian
seluas 1.250 m2 untuk penanaman seluas 1 Ha.
Ø
Benih ditaburkan pada bedengan dengan cara satu
genggam benih untuk 1 m2.
d.
Cara Penanaman
Ø
Penanaman dilakukan pada saat bibit sudah
berumur 25 hari setelah tebar dengan tanam sistem legowo.
Ø
Bibit dicabut dengan cara diagonal/miring 600.
bersihkan bibit yang telah dicabut dari lumpur yang menempel dengan hati-hati
agar tidak ada akar yang rusak.
Ø
Sistem tanam sistem legowo.
Ø
Tanam bibit pada kedalaman 3 cm dengan jumlah bibit
satu per lubang tanam.
Ø
Jumlah bibit 400.000 per 1 Ha lahan sawah.
e.
Pemeliharaan Tanaman
·
Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang tidak
tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Bibit yang
digunakan sama dengan bibit yang ditanam baik umur maupun varietasnya.
·
Pemupukan
Aplikasi pemupukan yang dilakukan sebagai berikut:
Kegiatan
|
Waktu
(Hst)
|
Urea
(Kg/Ha)
|
NPK
(Kg/Ha)
|
KCL
(Kg/Ha)
|
Pupuk Dasar
|
-3
|
80
|
50
|
100
|
Susulan I
|
25
|
70
|
50
|
-
|
Susulan II
|
45
|
70
|
-
|
100
|
Berdasarkan rencana kegiatan yang disusun sebelum tanam,
pemupukan ZA tidak dilakukan karena kebutuhan N tanaman telah terpenuhi.
● Pengairan
Pengairan
dilakukan dengan sistem pengairan berselang (Intermitten). Lahan diairi mulai
tanam hingga berumur 10 Hst. Lahan tidak diairi 5-6 hari atau sampai tanah
retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali. Mulai fase keluar bunga
sampai 10 hari sebelum panen lahan diairi selanjutnya dikeringkan.
● Jenis
OPT dan Cara Pengendaliannya
Dampak
perubahan fenomena iklim yang cukup signifikan akhir-akhir ini memberikan
pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman akibat meningkatnya
populasi wereng batang coklat. Hal ini tidak sesuai dengan rencana kegiatan
budidaya padi yang telah disusun sebelum tanam.
Labuan
Amas Utara merupakan salah satu kecamatan di Hulu Sungai Tengah yang endemis
serangan Wereng Batang Coklat (WBC) dan Penggerek Batang. Pengendalian wereng
batang coklat dengan cara spot treatment dengan pestisida berbahan aktif
buprofezin 10% sejak pembibitan yang terserang. Pengendalian Penggerek Batang
dengan melakukan light trap sejak masa pembibitan. Penyakit yang muncul adalah
dari golongan virus dan cendawan yaitu virus kerdil rumput (grassy stunt)
dan cendawan (phyricularia oryzae) yang menyebabkan potong leher pada
tanaman dewasa.
● Panen
dan Pasca Panen
Cirri-ciri
tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :
o
95% butir-butir padi dan daun bendera sudah
menguning.
o
Tangkai menunduk karena berat menanggung
butir-butir padi yang bertambah berat.
o
Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi.
Peralatan panen yang dapat digunakan yaitu sabit
bergerigi atau reaper dan dilaksanakan secara beregu. Hasil panen dimasukan
kedalam karung kemudian dirontokkan dengan pedal thresher atau power thresher
2. ASPEK
EKONOMI
a. Budidaya padi ciherang berisiko sedang terhadap
keberhasilan panen. Sehingga, diperlukan pengamatan yang rutin untuk mengurangi
resiko kegagalan panen.
b. Budidaya padi
ciherang menghasilkan keuntungan yang tinggi hal ini ditunjukkan dengan ratio
B/C>1 setelah dilakukan analisa usaha tani.
3. ASPEK
SOSIAL
a. Komoditi
padi ciherang dapat diterima oleh petani karena hasil produksi yang cukup
tinggi .
b. Sistem
tenaga kerja adalah penyakap dengan pembagian hasil 1/5
bagian untuk penyakap dengan kewajiban membuat persemaian, tanam, penyiangan
dan panen. Dengan sistem ini pendapatan petani disekitar lahan dapat meningkat.
c. Hasil
produksi lebih tinggi dibandingkan rencana kegiatan.
4.
ANALISA USAHA TANI
Analisa usaha tani disusun
berdasarkan sistem penyakap yaitu penyakap mendapatkan 1/5
bagian dari hasil produksi. Penyakap memiliki kewajiban membuat persemaian,
tanam, penyiangan dan panen. Dengan sistem ini petani dapat mengurangi biaya
produksi dari biaya tenaga kerja.
Namun berdasarkan hasil analisis
usaha tani diatas dapat diketahui bahwa dengan sistem penyakap mengurangi
pendapatan petani. Hal ini ditunjukkan dengan ratio B/C lebih tinggi tanpa
penyakap. Namun, dengan sistem penyakap memberikan dampak sosial yang baik bagi
lingkungan disekitar petani, dengan asumsi dalam 1 Ha dapat dikelola oleh 5
kepala keluarga penyakap, dalam 1 keluarga terdiri dari minimal 3 orang.
Sehingga petani dapat mensejahterakan minimal 15 jiwa.
Usahatani padi di lahan tadah hujan
sangat menguntungkan jika diusahakan dengan menerapkan konsep PTT sesuai dengan
tipologi lahannya serta mampu mengendalikan serangan hama tikus. Pendapatan bersih usahatani padi
di lahan tadah hujan potensial dapat diperoleh sebesar Rp. 14.282.500 per
hektar.
I.
Input
|
Satuan
|
Biaya
(Rp)
|
A. Tenaga
kerja
1. Pengolahan tanah
2. Penebaran benih
3. Penanaman
4. Penyiangan
5. Pemupukan
6. Pengairan
7. Panen
8. Pasca panen
|
1 ha X 900.000
25 kg X 100.000
1 hari 30 orang
X 30.000
1 hari 10 orang
X 30.000
3 hari 1 orang X
50.000
1 musim tanam
300.000
2 hari 12 orang
X 25.000
3 hari 5 orang X
50.000
|
900.000
250.000
900.000
300.000
150.000
300.000
600.000
750.000
|
Jumlah A
|
|
4.150.000
|
B. Saprodi
1. Benih
2. Pupuk
- Urea
- SP36
- KCL
3. Insektisida
4. Fungisida
5. Rodentisida
6. Organik cair
7. Kapur
8. Plastik
|
25 kg X 7.500
250 kg X 1.700
100 kg X 3.000
100 kg X 3.000
1 liter X
200.000
0,5 liter X
75.000
1 kg X 50.000
1 liter X 50.000
200 kg X 900
1 rol X 500.000
|
187.500
425.000
300.000
300.000
200.000
75.000
50.000
50.000
180.000
500.000
|
Jumlah B
|
|
2.267.500
|
C. Lain-lain
1. Penyusutan
2. Pajak/restribusi
|
1 tahun
1 tahun
|
100.000
200.000
|
Jumlah C
|
|
300.000
|
II. Keluaran
(Output)
1.
Total produksi
2.
Harga padi di petani
3.
Nilai Total Produksi (NTP)
|
6 Ton
3.500
21.000.000
|
|
Pendapatan =
NTP – Total Biaya
|
21.000.000 –
6.7 17.500
|
14.282.500
|
Pendapatan
adalah sebesar Rp. 14.282.500
Kesimpulan
1. Paket
teknologi Budidaya padi ciherang dengan sistem pendekatan PTT dapat diterapkan
secara optimal.
2. Hasil
produktivitas adalah 9,2 ton/Ha.
3. Hasil
produktivitas meningkat dari perkiraan yang disusun dalam rencana kegiatan.
4. Budidaya
padi ciherang dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memberikan dampak
sosial bagi petani disekitar lahan dengan sistem penyakap.
5. Berdasarkan
analisis usaha tani sistem penyakap diketahui bahwa keuntungan petani
berkurang, namun memberikan dampak sosial yang baik bagi lingkungan sekitar
petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar