Sabtu, 26 Mei 2012

EVALUASI KEGIATAN PENGELOLAAN USAHA TANI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG


I. PENDAHULUAN




A. Latar Belakang

         Evaluasi merupakan salah satu rangkaian manajemen yang harus dilaksanakan, baik evaluasi proses atau monitoring maupun evaluasi hasil atau dampak. Suatu kegiatan tanpa evaluasi, tidak akan diketahui kelemahan maupun kelebihan dalam suatu proses usaha, dengan evaluasi maka semua tahapan dalam suatu usaha dapat kiranya diketahui tahapan mana yang masih lemah dan tahapan mana saja yang sudah baik sesuai dengan rencana.
         Evaluasi adalah kegiatan yang penting, karena evaluaasi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian suatu pekerjaan baik dari sisi teknis, social, ekonomi maupun dari sisi keuangan dan mentalitas dari pengelola sebuah usaha.


B. Tujuan

         Secara keseluruhan evaluasi kegiatan bertujuan untuk :
1.      Menilai apakah realisasi kegiatan usahatani sesuai dengan rencana kegiatan usahatani. Dari hasil penilaian ini maka lebih rinci diketahui potensi usaha dan kemajuan usaha.
2.      Berupaya mencari penyebab dari adanya ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasi kegiatan usaha.
3.      Merumuskan atau memutuskan tindakan untuk solusi agar realisasi kegiatan sesuai dengan rencana yang sekaligus sebagai pengembangan kegiatan yang lebih menguntungkan usaha. Dalam hal ini dapat diputuskan langkah perbaikan dan pengembangan usaha serta dapat ditetapkan target usaha selanjutnya.







II. EVALUASI KEGIATAN



1. ASPEK TEKNIS
a. Pemilihan Benih
Ø      Benih yang digunakan adalah benih padi ciherang. Benih tersebut dapat tumbuh optimal di wilayah Balai Penyuluhan Kasarangan dengan keadaan sebagai berikut : Ketinggian tempat 140 mdpl, curah hujan 273 mm, pH tanah 6 dan jenis tanah podsolik merah kuning.
Ø      Benih padi ciherang merupakan benih unggul bermutu dan bersertifikat. Dalam satu hektar diperlukan 25 kg benih.
Ø      Untuk mendapatkan benih yang bernas dilakukan pemilihan benih dengan cara merendam dalam larutan garam 3% dengan perbandingan 30 gram garam dilarutkan dengan 1 liter air. Jumlah benih yang dimasukkan disesuaikan dengan volume larutan garam. Benih yang mengambang/mengapung dibuang. Benih yang tenggelam adalah benih yang bernas.
Ø      Penanganan Benih
Benih direndam dalam larutan disinfektan selama 12 jam. Cuci benih dengan air bersih lalu rendam dengan disinfektan selama 36 jam dengan mengganti air setiap 4 jam. Tiriskan benih dan peram selama 24 jam dengan cara benih dimasukkan kedalam ¼ karung goni lalu diletakkan mendatar dan dibalik setiap 4 jam. Benih siap disemai bila panjang kecambah mencapai 1-2 mm.

b. Pemilihan/Pengolahan Lahan
Ø      Pengolahan tanah dilakukan 3 kali.
Ø      Pengolahan pertama, tanah dibajak dalam keadaan macak-macak. Pengolahan kedua, tanah dirotary dan pengolahan tanah ketiga, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

c. Cara Persemaian
Ø      Lahan diolah dalam keadaan macak-macak, kemudian dibuat bedengan setinggi 20 cm.
Ø      Untuk setiap 25 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 1.250 m2 untuk penanaman seluas 1 Ha.
Ø      Benih ditaburkan pada bedengan dengan cara satu genggam benih untuk 1 m2.




d. Cara Penanaman
Ø      Penanaman dilakukan pada saat bibit sudah berumur 25 hari setelah tebar dengan tanam sistem legowo.
Ø      Bibit dicabut dengan cara diagonal/miring 600. bersihkan bibit yang telah dicabut dari lumpur yang menempel dengan hati-hati agar tidak ada akar yang rusak.
Ø      Sistem tanam sistem legowo.
Ø      Tanam bibit pada kedalaman 3 cm dengan jumlah bibit satu per lubang tanam.
Ø      Jumlah bibit 400.000 per 1 Ha lahan sawah.

e. Pemeliharaan Tanaman
·         Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang tidak tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Bibit yang digunakan sama dengan bibit yang ditanam baik umur maupun varietasnya.
·         Pemupukan
Aplikasi pemupukan yang dilakukan sebagai berikut:
Kegiatan
Waktu
(Hst)
Urea
(Kg/Ha)
NPK
(Kg/Ha)
KCL
(Kg/Ha)
Pupuk Dasar
-3
80
50
100
Susulan I
25
70
50
-
Susulan II
45
70
-
100

Berdasarkan rencana kegiatan yang disusun sebelum tanam, pemupukan ZA tidak dilakukan karena kebutuhan N tanaman telah terpenuhi.
          Pengairan
      Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan berselang (Intermitten). Lahan diairi mulai tanam hingga berumur 10 Hst. Lahan tidak diairi 5-6 hari atau sampai tanah retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali. Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen lahan diairi selanjutnya dikeringkan.
    Jenis OPT dan Cara Pengendaliannya
               Dampak perubahan fenomena iklim yang cukup signifikan akhir-akhir ini memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman akibat meningkatnya populasi wereng batang coklat. Hal ini tidak sesuai dengan rencana kegiatan budidaya padi yang telah disusun sebelum tanam.
               Labuan Amas Utara merupakan salah satu kecamatan di Hulu Sungai Tengah yang endemis serangan Wereng Batang Coklat (WBC) dan Penggerek Batang. Pengendalian wereng batang coklat dengan cara spot treatment dengan pestisida berbahan aktif buprofezin 10% sejak pembibitan yang terserang. Pengendalian Penggerek Batang dengan melakukan light trap sejak masa pembibitan. Penyakit yang muncul adalah dari golongan virus dan cendawan yaitu virus kerdil rumput (grassy stunt) dan cendawan (phyricularia oryzae) yang menyebabkan potong leher pada tanaman dewasa.
    Panen dan Pasca Panen
      Cirri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :
o       95% butir-butir padi dan daun bendera sudah menguning.
o       Tangkai menunduk karena berat menanggung butir-butir padi yang bertambah berat.
o       Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi.
Peralatan panen yang dapat digunakan yaitu sabit bergerigi atau reaper dan dilaksanakan secara beregu. Hasil panen dimasukan kedalam karung kemudian dirontokkan dengan pedal thresher atau power thresher

2. ASPEK EKONOMI
a. Budidaya padi ciherang berisiko sedang terhadap keberhasilan panen. Sehingga, diperlukan pengamatan yang rutin untuk mengurangi resiko kegagalan panen.
b.   Budidaya padi ciherang menghasilkan keuntungan yang tinggi hal ini ditunjukkan dengan ratio B/C>1 setelah dilakukan analisa usaha tani.

3. ASPEK SOSIAL
a.   Komoditi padi ciherang dapat diterima oleh petani karena hasil produksi yang cukup tinggi .
b.   Sistem tenaga kerja adalah penyakap dengan pembagian hasil 1/5 bagian untuk penyakap dengan kewajiban membuat persemaian, tanam, penyiangan dan panen. Dengan sistem ini pendapatan petani disekitar lahan dapat meningkat.
c.   Hasil produksi lebih tinggi dibandingkan rencana kegiatan.

4. ANALISA USAHA TANI
            Analisa usaha tani disusun berdasarkan sistem penyakap yaitu penyakap mendapatkan 1/5 bagian dari hasil produksi. Penyakap memiliki kewajiban membuat persemaian, tanam, penyiangan dan panen. Dengan sistem ini petani dapat mengurangi biaya produksi dari biaya tenaga kerja.
            Namun berdasarkan hasil analisis usaha tani diatas dapat diketahui bahwa dengan sistem penyakap mengurangi pendapatan petani. Hal ini ditunjukkan dengan ratio B/C lebih tinggi tanpa penyakap. Namun, dengan sistem penyakap memberikan dampak sosial yang baik bagi lingkungan disekitar petani, dengan asumsi dalam 1 Ha dapat dikelola oleh 5 kepala keluarga penyakap, dalam 1 keluarga terdiri dari minimal 3 orang. Sehingga petani dapat mensejahterakan minimal 15 jiwa.



            Usahatani padi di lahan tadah hujan sangat menguntungkan jika diusahakan dengan menerapkan konsep PTT sesuai dengan tipologi lahannya serta mampu mengendalikan serangan hama tikus. Pendapatan bersih usahatani padi di lahan tadah hujan potensial dapat diperoleh sebesar Rp. 14.282.500 per hektar.
I. Input
Satuan
Biaya
(Rp)
A. Tenaga kerja
1. Pengolahan tanah
2. Penebaran benih
3. Penanaman
4. Penyiangan
5. Pemupukan
6. Pengairan
7. Panen
8. Pasca panen

1 ha X 900.000
25 kg X 100.000
1 hari 30 orang X 30.000
1 hari 10 orang X 30.000
3 hari 1 orang X 50.000
1 musim tanam 300.000
2 hari 12 orang X 25.000
3 hari 5 orang X 50.000

900.000
250.000
900.000
300.000
150.000
300.000
600.000
750.000
Jumlah A

4.150.000
B. Saprodi
1. Benih
2. Pupuk
    - Urea
    - SP36
    - KCL
3. Insektisida
4. Fungisida
5. Rodentisida
6. Organik cair
7. Kapur
8. Plastik

25 kg X 7.500

250 kg X 1.700
100 kg X 3.000
100 kg X 3.000
1 liter X 200.000
0,5 liter X 75.000
1 kg X 50.000
1 liter X 50.000
200 kg X 900
1 rol X 500.000

187.500

425.000
300.000
300.000
200.000
75.000
50.000
50.000
180.000
500.000
Jumlah B

2.267.500
C. Lain-lain
1. Penyusutan
2. Pajak/restribusi

1 tahun
1 tahun

100.000
200.000
Jumlah C

300.000
II. Keluaran (Output)
1.      Total produksi
2.      Harga padi di petani
3.      Nilai Total Produksi (NTP)

6 Ton
3.500
21.000.000


Pendapatan = NTP – Total Biaya
21.000.000 – 6.7 17.500                    
14.282.500
Pendapatan adalah sebesar Rp. 14.282.500









Kesimpulan

1.   Paket teknologi Budidaya padi ciherang dengan sistem pendekatan PTT dapat diterapkan secara optimal.
2.   Hasil produktivitas adalah 9,2 ton/Ha.
3.   Hasil produktivitas meningkat dari perkiraan yang disusun dalam rencana kegiatan.
4.   Budidaya padi ciherang dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memberikan dampak sosial bagi petani disekitar lahan dengan sistem penyakap.
5.   Berdasarkan analisis usaha tani sistem penyakap diketahui bahwa keuntungan petani berkurang, namun memberikan dampak sosial yang baik bagi lingkungan sekitar petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar